Jumat, 30 Oktober 2009

Indahnya Memaafkan

Diposting oleh Ayoe Ritma di Jumat, Oktober 30, 2009 3 komentar
“Tong aya istilah ngewa, dendam atawa balas dendam, nu aya mah do’akeun ku pinuh cinta jeung kanyaah, da Allah Maha Uninga, moal salah sok na”
(Jangan ada istilah benci, dendam atau balas dendam, yang ada do’akan dengan penuh cinta dan kasih sayang, Allah Maha Tahu tidak pernah salah memberi)

Kata-kata itu selalu terngiang di telinga saya dimana ibu saya mengingatkan saya ketika saya merasa marah dan kesal pada seseorang. Beliau selalu mengingatkan saya untuk menjadi seorang pemaaf.

Bukanlah memaafkan bila hati kita tetap menyimpan perasaan ingin membalas perbuatan yang dilakukan seseorang, Namun memberi maaf adalah memaafkan orang yang melakukan kesalahan tanpa ada rasa benci dan sakit hati atau keinginan untuk membalas dendam pada hal mampu membalasnya, sambil mendo’akan mereka dengan penuh cinta agar mereka mendapat kebaikan dan dibukakan hatinya.
Allah dan Rosulullah menyuruh kita untuk memberi maaf dan memuji orang yang mampu melakukannya. Firman Allah SWT:
” ...Orang yang bersabar dan suka memaafkan sesungguhnya perbuatan yang demikian itu termasuk hal yang diutamakan.” (Q.S. Asy-Syura 42:43)
Sifat pemaaf merupakan hal yang utama. Sifat ini dapat membuat kita memasuki syurga tanpa hisab. Semoga kita termasuk didalamnya. Amiiin ...Wallahualam...

Read More..

Selasa, 27 Oktober 2009

Kerinduanku

Diposting oleh Ayoe Ritma di Selasa, Oktober 27, 2009 4 komentar
Ketika saat terakhir datang perlahan
dan menghembuskan kegalauan yang nyata
karna aku menginginkan mu
saat ini tetap kau hadir
tertanam kuat di dalam hati ini
dingin malam menambah hampa asa,,
karna ternyata hadirmu yang kuinginkan..
Malam ini kucurahkan rasa
Ditemani bintang - bintang itu yang saling terang menerangi
Karena perkataan yang tetap terjaga
Dan menunjukan keberadaanmu dihati ini
Bahwa kau yang ku inginkan
Dan aku tak pernah tahu
Bisakah ku temukan lagi yang sepertimu
Ku harap kau berikan senyuman itu
Dikala bintang bersinar
Untuk cinta kita dan ku ingin cintamu
Ciptakan rasa bahwa kita yang harus terus berjalan
Dan nafas ikatan ikatan kita terhempas
Tuk tetapkan apa arti cinta????? Read More..

Senin, 26 Oktober 2009

Mandikan Aku Bunda

Diposting oleh Ayoe Ritma di Senin, Oktober 26, 2009 4 komentar
Beberapa bulan lalu, saya dikirimi email yang berisi beberapa cerpen, ketika saya baca salah satunya, saya pikir sangat bagus,ceritanya sangat menyentuh dan bagus dijadikan bahan renungan.. pada kesempatan ini pun saya ingin berbagi bersama sahabat - sahabat bloger semua, mudah - mudahan bisa bermanfaat.. tapi sayangnya saya tidak tahu penulis cerpen ini siapa.. ni lho cerpennya:

Rani, sebut saja begitu namanya. Wanita ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi, sikap dan konsep dirinya sudah jelas yaitu meraih yang terbaik. ‘’Why not the best,'’ katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika. Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ‘’selevel'’, sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika karier Rani semakin meningkat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih Phd. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu daerah ke daerah yang lain, dari kota ke kota lain.

Setulusnya ada sebuah tanya, ‘’Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal?'’ Tapi dengan sigap Rani menjawab, ‘’Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!'’ Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ‘’malaikat kecilku'’. Sungguh keluarga yang bahagia. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ‘’Alif ingin Bunda mandikan,'’ ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ‘’Bunda, mandikan aku!'’ kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.

Sampai suatu sore, sang baby sitter menghubungi Rani . ‘’Bu, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.'’ Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setengah terbang, Rani ngebut ke UGD. But it was too late. Allah sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.

Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri. Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ‘’Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,'’ ucapnya lirih, di tengah suasana yang sunyi. Pelayat satu persatu menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis. Hening sejenak.

Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja. Tiba-tiba Rani berlutut. ‘’Aliiiff . . . . !'’ serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. ‘’Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..'’ Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.

berikan mereka rumah untuk hatinya ………

Read More..
 

Persahabatan Latansa Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal