Sabtu, 18 April 2009

Kepergian

Diposting oleh Ayoe Ritma di Sabtu, April 18, 2009
Kepergian
Keteduhan di bawah pohon itu
Tak sama dengan awan yang bergerak dalam hatiku
Mengikuti keranda berjalan
Menapak pasrah tinggalkan pesan
Senyum dan air mata menyatu pada tonggak dipan
Memahat sebuah prasasti atas baru biru
Ketika wajahmu membunga pada pucuk kelahiran
Ketika pasrahku merangkai bunga di ujung kehidupan
Kudekapkan sedih diantara bejana yang akna terus dahaga
Dengan puja dan doa
Mesti khusuk akupun tahu
Doa yang membahana dalam kerongkonganku
Tak sejauh segala tutur katamu

Dunia ini memang panggung sandiwara dimana tokohnya adalah kita dan yang membentuk karakter adalah tentunya Sang Pencipta Yang Begitu Agung Yaitu Allah Swt. Manusia tidak tahu kapan kita akn kembali padanya, begitu pula yang terjadi denganku, hari itu nampak sekali bahagia menyelimuti keluargaku. Kelembutan yang penuh kasih sayang, petuah yang sangat sangat berharga terlantun di bibir manis ayahku untuk songsong masa depan. Aku tak tahu apa yang sedang dirasakan olehku saat-saat maut menjemput ayahku. Rasanya aku tidak ingin terlepas dari pelukan hangat ayahku. Namun hari itu malam sudah semakin gelap hingga akupun terlepas dari pelukan dan petuahnya.Pada saat itu aku sedang menonton film kartun favoritku pagi-pagi sekali, tidak biasanya aku menonton film kartun ditemani ayahku, sesekali aku menatap wajahnya yang penuh kasih sayang dan wajah yang penuh cahaya. Pagipun berganti siang dengan cepat, ibuku akan mengantarkan adiknya untuk pindah kontrakan di Depok. Tiba-tiba ayahku berkata, “Mah tunggu dulu jangan dulu berangkat izinkan papah mengantar kalian”, pada saat itu aku sangat kesal pada ayahku, karena tiba-tiba membatalkan janjinya untuk mengajakku, kakak perempuanku dan adik laki-laki yang masih berumur 12 bulan untuk jalan-jalan mengajak kita bermain ke salah satu Mall di Tangerang. Akan tetapi dengan kata-katanya yang sangat meyakinkan tidak jadi jalan-jalan. “ Setelah kita mengantarkan Bi Nung ( panggilan adik ibuku ) kita langsung jalan-jalan, bagaimana setujukah kalian? ” Kata Ayahku. Kami pun serentak mengatakan setuju padanya.
Kami sekeluarga bersiap-siap membawa barang-barang bibiku dan membawa perbekaln makanan ringan kesukaan kami. Hati kami penuh dengan kegembiraan sambil bernyanyi dan tertawa. Posisiku dan bibi berada di belakang ibuku sambil menggendong adikku ibu memberikan susu pada adikku sedangkan kakak perempuanku berada di belakang ayahku. Sesekali lagi aku memandang ayahku dari belakang ingin rasanya aku mencium pipinya dan memeluknya tapi tidak bisa karena ayahku sedang menyetir. Akhirnya tiba juga di kontrakan bibiku yang lama, kami pun langsung membawakan barang-barang bibiku yang begitu banyak. Maklumlah perempuan barang-barangnya sangat banyak.
“ Apakah tidak ada yang ketinggalan? Kalau tidak ada kita bisa langsung berangkat. Kata Ayahku “
“ Sepertinya tidak ada yang ketinggalan dan kita bisa langsung berangkat “. Kata Bibiku.
Belum jauh melaju, ayahku ingin memeriksa mobil dulu ke bengkel. Akhirnya kami tiba di bengkel.
“ Tunggu sebentar ya papah mau isi angin dulu. Kata Ayahku”
Kami menunggu di dalam mobil sambil bernyanyi-nyanyi dengan penuh gembira. Ketika kami sedang asyik bernyanyi tiba-tiba mobil kami masuk ke selokan dan kakakku berteriak memanggil kata “Papah” berulang-ulang. Karena kakakku melihat langsung ayahku berada di bawah mobil angkutan kota. Ayahku ditabrak ketika sedang melihat ban mobil belakang. Suasana pun menjadi kelam seakan awan berwarna hitam menyelimuti kami.
Saat itu juga ayahku langsung dibawa ke poliklinik terdekat tapi saat itu dokternya tidak ada di tempat. Ayahku pun dibawa ke RSU Bakti Yudha, karena disana tidak sanggup untuk mengatasinya dan harus dibawa lagi ke RSU Fatmawati. Ketika akan dibawa ke RSU Fatmawati, tidak ada mobil ambulance. Ayahku pun di bawa ke RSU Fatmawati dengan menggunakan mobil polisi yang bagian belakangnya terbuka hanya bagian atsa yang di tutupi. Setibanya di sana kami merasa cukup lega karena ada dokternya. Akupun menunggu di luar dengan orang yang tidak aku kenal yang menolong kami ketika kejadian maut itu terjadi. Dia menghiburku dan menyuruhku untuk mendoakan ayahku. Saat itu udara duka cita merasuk dalam tubuhku dan air mata pun jatuh terus tak tertahankan.
Kakak dan ibuku keluar dari ruangan dengan banjir air mata dan mengatakan “ Papah sudah tiada “. Aku hanya diam seribu bahasa, tubuhku lemas seketika dan air mata mengalir deras saat itu.
Dari kejadian itu kita bisa ambil hikmahnya bahwa kematian akan datang kapanpun tanpa kita ketahui. Lakukanlah yang terbaik untuk kita dan untuk semua orang sebelum ajal menjemput. Perbanyaklah amal ibadah untuk bekal kita di akhirat kelak.

0 komentar on "Kepergian"

Posting Komentar

Terimakasih buat sahabat dah mau mampir di rumahku... (^_^)

 

Persahabatan Latansa Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal